Praktek Pementasan Pantomim
SMP Santo Andreas
Pementasan Pantomim Kelas 8 SMP Santo Andreas Kedoya – 4 Mei 2023




Seni pertunjukan dapat berupa dengan kata-kata maupun tidak dengan kata-kata atau dialog. Salah satu seni pertunjukan yang menggunakan kata-kata adalah drama atau teater. Di sisi lain, ada pertunjukan yang penyampaiannya tidak dengan kata-kata tetapi dengan gerak-gerik tubuh. Seni Pertunjukan yang hanya dengan gerak-gerik melalui bahasa tubuh bahkan cenderung bisu ini oleh Aristoteles disebut sebagai pantomime (Richard Levin,1960) Untuk itu, perlu dimengerti bahwa seni gerak-gerik yang tidak bersuara telah memiliki umur yang panjang.
Pembelajaran seni teater di SMP Santo Andreas menggunakan materi pantomim untuk siswa kelas VIII. Pantomim diajarkan sesuai dengan silabus seni budaya agar pelajaran pantomim dapat lebih tertata. Proses pembelajaran yang menyenangkan dalam proses pembelajaran seni budaya juga menjadi faktor meningkatnya mutu belajar siswa dalam mengembangkan kemampuannya. Guru sebagai fasilitator bertugas untuk mendidik dan mengajarkan materi seni pantomim kepada siswa dengan baik dan benar, sehingga siswa dapat menangkap dan menerapkan hasil pembelajaran pantomim dengan baik dan benar.
Kelas VIII dibagi menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang perkelompok, lalu masing – masing kelompok membuat naskah Pantomim yang akan mereka perankan beserta merancang kostum dan riasan yang akan mereka gunakan ketika mereka memainkan peran. Selama kurang lebih 2 minggu, kelas VIII merancang pementasan mereka dengan mengolah dan mendiskusikan naskah kepada guru Seni Budaya agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Tepatnya di Tanggal 4 Mei 2023, pementasan dimulai di kelas. Sebelumnya mereka menyiapkan kostum dan riasan untuk Pantomim. Semuanya dikerjakan dengan saling bekerja sama antar kelompok. Terutama untuk merias wajah dengan cat khusus. Setiap kelompok berusaha sebaik mungkin tampil dengan riasan dan kostum yang terbaik. Juga memilih sound dan musik pengiring yang tepat agar pementasan semakin lebih hidup. Karena Pantomim memang tidak menggunakan dialog jadi gerakan harus bisa mengkomunikasikan sebuah cerita ke penonton. Itulah faktor yang paling penting dalam praktek ini.
Setiap kelompok tampil dengan keunikan dari naskah yang mereka buat dengan didukung musik dan sound sebagai pengikat cerita. Penampilan dilakukan di kelas dan disaksikan teman – teman mereka, dengan tujuan melatih tampil di publik dan menjadi lebih percaya diri ketika memerankan sebuah peran. Semua berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Masing – masing kelompok tampil denga keunikannya masing – masing, dengan ciri mereka masing – masing. Mereka tampak senang dan gembira. Bahkan setelah selesai memerankan Pantomim. Mereka mengatakan memerankan Pantomim seru dan unik. Mereka ingin mencoba lagi dengan persiapan lebih baik dan ditempat yang lebih luas.